Mencintai Karena-Nya

Aku tidak pernah mengerti kata-kata itu sebelumnya.

Leli selalu mengucapkan kalimat itu untuk menyatakan perasaannya terhadap Irul, katanya, 'Aku Cinta Dia karena-Nya dan Untuk-Nya'.

Saat itu, dalam hati aku cuma bergumam. hmm.. bagaimana rasanya mencintai seseorang karena-Nya? I wonder, how you can do that.

-Mencintainya karena-Nya-

Bahkan ketika aku tak mengerti pun aku tahu bahwa jika aku bisa mencapai keadaan itu, dimana aku mencintai seseorang karena-Nya dan hanya untuk-Nya, pasti akan indah. Karena kita jadi tidak hopeless, jadi tidak berharap banyak bahwa orang yang kita cintai itu akan membalas cinta kita, dan jadi kecewa ketika kita tidak mendapatkan cinta tersebut dari orang yang bersangkutan. Karena cinta kita kepada orang tersebut hanya kita lakukan sebagai cara untuk mendapatkan cinta-Nya. Iya, cinta Allah SWT! Yang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi. Yang sudah pasti akan membalas cintai kita itu.

Wah betapa indahnya.. tapi sayangnya aku belum bisa seperti itu.

Memasuki bulan ke empat pernikahanku ini, aku belajar mengenai cinta yang jenis ini. Terus terang, pernikahanku tidaklah seindah yang aku bayangkan. Romantisme yang selalu aku bayangkan, ternyata tak selalu ada. Worst yet, aku selalu memaksakan agar romantisme itu ada. ADA!

Sayangnya, abangku memang bukan tipe yang mengumbar romantisme seperti yang aku selalu inginkan. Abangku memang kembali menjadi dirinya sendiri, yang merasa tidak perlu lagi meyakinkan diriku bahwa ia mencintaiku. Dengan menikahiku saja, itu merupakan perwujudan dan pengakuan rasa cintanya yang besar kepadaku, begitu ujarnya suatu hari ketika aku menanyakan kepadanya.

Oh well. Aku tidak dapat mengerti dan masih saja sedih.

Ada saat-saat dimana aku benar-benar goyah dan ingin mundur dari perjuangan ini (ini perjuangan loh!). Banyak why's yang mengisi hatiku? Perubahan kami masing2 ke wujud kami yang asli membuatku terhenyak dan membuatku, terkadang, menyesali.

Kemudian yang indah terjadi, aku mulai mengerti arti mencintai untuk-Nya.

Aku mengerti bahwa pernikahan bukanlah perkara satu atau dua hari saja. Ia perkara seumur hidup, dengan pengorbanan yang besar dan kadang-kadang membuat kita meneteskan airmata panjang, karenanya nilai ibadah pernikahan sangatlah tinggi di mata Allah.

Aku mengerti bahwa pernikahan bukanlah roman picisan dimana sang lelaki selalu menunjukkan rasa cintanya, menunjukkan rasa sayangnya, menunjukkan ketidakberdayaannya tanpa sang kekasih, menunjukkan kebutuhannya akan sang kekasih, menunjukkan rindunya, pokoknya menunjukkan romantisme-nya lah. Memang ada lelaki yang akan melakukan itu kepada wanitanya, tapi mungkin itu bukan lelaki-ku.

Aku mengerti bahwa pernikahan adalah sebuah jalan untuk dicintai Allah SWT. Sebuah jalan untuk mendapatkan ridha-Nya. Sebuah cara untuk dekat kepada-Nya.

Aku mengerti bahwa ketika aku mencintai lelakiku, aku harus-harus benar-benar mencintainya tanpa syarat untuk dicintai kembali olehnya, dll, tetapi yang indah dari cinta tanpa syaratku kepadanya adalah bahwa aku dapat berharap dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan mencintaiku kembali. Bahwa Allah akan dekat denganku.

Mengharap untuk dicintai kembali tentu hal yang lumrah, namun bukan hal yang utama! Karena melalui cinta kita kepada sang kekasih, justru akan membawa kita kepada cinta yang paling tanpa syarat, cinta yang paling suci, yaitu cinta Allah kepada kita.

Sehingga abangku sayang, insya Allah, aku tak akan goyah ketika kau tidak mengatakan cintamu padaku atau bahkan tidak menunjukkan sayangmu padaku, karena tujuanku mencintaimu hanya untuk-Nya dan karena-Nya.

Semoga aku bisa meresapi itu hingga akhir hayatku nanti. Amin.

Comments

Unknown said…
Hi kie, what u wrote, reminds me of how i felt during my -in the end broken- marriage.

I have a lot of discussion about the topic u brought up. Eventually u will gain a lot of new knowledge from ur marriage. And that's i'm sure, will be the thing that satisfy u more. K N O W L E D G E.

Man and woman really are different.
In matter of love, woman's love is like boil water. Takes time to heat, and yet, not so easy to cool down.
while man's, like a fire, easy to burn, last only second to extinct.

This are the fact, that most women arent aware with. They got shocked, when they find out after their hand had been chained.

U know what, u will find out about this urself!:) Enjoy ur new life, u'll be great!:)
Unknown said…
This comment has been removed by a blog administrator.

Popular posts from this blog

Mengenang Bapakku (21 Juli 1950 - 20 September 2004)

The Wedding (The Invitation Part II)

An intro about Mom's cancer