Cobaan

Awalnya judul dari rambling ini adalah Musibah. Tapi entah kenapa as I began writing, kok kayaknya gak cocok yah. Kayaknya kalau musibah itu kesannya mengeluh dan lebih banyak tidak bersyukurnya daripada bersyukurnya.

Sedangkan kalau cobaan kan kesannya lebih bijaksana, lebih mengerti bahwa semua yang terjadi itu adalah yang terbaik dari Allah SWT, dan pasti mendatangkan hikmah bagi yang mendapatkan cobaan itu.

Dari awal bulan lalu, it seems that my family sedang menghadapi banyak dari cobaan itu. Allah SWT kayaknya ingin melihat apakah kita sebegitu kuatnya like we claimed to be. Atau justru Allah SWT merasa bahwa ibadah yang kita lakukan tidak cukup sehingga kita diingatkan selalu. Wallahualam..

Bulan lalu, Abah tersayang yang sudah bersama kita sejak kita lahir (this includes my mom) meninggalkan kita untuk selamanya setelah sebelumnya harus melalui those grueling days di ICU selama 9 hari. Kejadiannya sih tidak se-simple itu. Di suatu hari Minggu yang awalnya kita pikir akan menjadi hari yang indah, ternyata berubah menjadi hari yang melelahkan, menakutkan dan kemudian menyedihkan hati.

The day began with great pacaran day with abang, but then, I got a bad news. Ayah dari salah seorang sahabat meninggal dunia tiba-tiba. Kejadian ini membuat ingatan saya kembali ke bulan September tiga tahun lalu ketika Bapak juga dipanggil oleh yang Maha Kasih secara tiba-tiba. Dengan terburu-buru, kita pergi untuk melayat ke rumah sahabat tersebut, dan hanya pamit terburu-buru dengan Abah. Ternyata, pamit singkat itu merupakan percakapan terakhir saya dengan Abah. Karena malamnya, kita menemukan Abah dalam keadaan pingsan di teras belakang rumah karena serangan stroke tiba-tiba.

Hati yang sudah lelah sepanjang hari seakan membuat kami tidak kuat lagi untuk menghadapi cobaan ini. Abah yang merupakan pengganti Bapak selama ini, abah yang sudah merupakan orang tuaku sendiri, Abah yang selalu setia menemani kami, terkapar tanpa daya. The thought of losing him was just too much.

We agreed when the doctors said that he has to be in ICU. We were completely aware that there are no more to be done, we were told to pray that miracles will happen. Well, after 9 days, miracles happened. Allah SWT meringankan sakit Abah dengan memanggilnya.

Losing him just added up in my list of worst thing ever happened to me.

Cobaan berikutnya adalah mendengar hal-hal yang terjadi pada Abang di negeri nun jauh di sana. Well, he is okay, but Allah SWT punya cobaan sendiri bagi Abang (dan saya tentunya). Harus banyak mengerti dan banyak sabar sehingga hati tidak akan lelah menghadapi perjuangan ini.

Baru beberapa minggu berlalu, sekarang Leli, adik bungsu yang sedang hamil, harus dirawat di rumah sakit karena mual yang tidak ada habisnya dan membuat dia kehabisan tenaga, ditambah lagi dengan penyakit thypus yang memang sudah ada di badannya sejak dulu.

Saya cuma berharap bahwa kita semua bisa melalui semua cobaan ini dengan rasa ikhlas bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik dari Allah SWT. Bahwa semua yang terjadi akan membuat kita lebih kuat dalam menghadapi hidup ini. Amin.

Semoga kita bisa lebih bersabar deh. Amin [lagi].

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Bapakku (21 Juli 1950 - 20 September 2004)

The Wedding (The Invitation Part II)

An intro about Mom's cancer