Serba Salah..

Akhir-akhir ini saya suka merasa serba salah.. atau memang sayanya yang sangat sensi kali yah dalam menginterpretasikan kata-kata yang diucapkan orang lain kepada saya.

Saya sih maunya menyenangkan semua orang, terlebih lagi orang yang tersayang di dunia yang paling berjasa bagi saya di dunia, tapi kok akhirnya malah menyebabkan orang tersebut sedih dan merana.. :(

Mungkin emang saya bukan anak yang baik, karena saya gak sabaran mendengarkan keluh kesah beliau, atau selalu berkomentar seadanya ketika beliau menceritakan seadanya, atau tidak bisa membantu beberapa kesulitan beliau seperti yang lainnya.

Tapi itu kan tidak berarti saya tidak menyayangi beliau, tidak berarti bahwa yang lain lebih berbakti, lebih mencintai, kan tidak berarti seperti itu, saya hanya menunjukkan hal tersebut melalui tindakan yang mampu saya lakukan.

Saya mungkin tidak bisa berlama-lama menemani beliau bercerita di kamar, tidak membantu beliau memasak atau membuat kue ketika pesanan lagi banyak-banyaknya, tapi itu kan tidak berarti saya tidak menyayangi seperti yang lainnya. Buktinya ketika yang lain 'pergi' karena tuntutan rumah tangga masing-masing, saya masih bersikeras untuk tinggal di rumah, walau saya tahu hal tersebut lumayan membuat abang gak nyaman (well, emang ada yang merasa nyaman kalo nebeng???)

Tapi karena saya mencintai beliau, saya tidak ingin meninggalkan beliau sendirian di rumah besar itu sendirian. Jadi walaupun saya tidak serajin yang lain menemani beliau bercerita kalau yang lain sedang 'nginep' di rumah besar itu, tapi saya harap kehadiran saya bisa membuat beliau merasa bahwa beliau tidak sendirian.

Saya mencintai beliau dengan cara saya sendiri, yang mungkin bagi yang lain terlihat saya terlalu cuek, terlalu egois dalam beberapa hal, terlalu tidak memperhatikan beliau.. tapi saya sayang beliau, saya memperhatikan beliau, mencoba membantu beliau dalam kesulitannya, dengan cara saya. Walaupun cara itu mungkin tidak seperti cara yang lainnya, saya cinta beliau.

Saya tidak akan pernah bisa meninggalkan beliau sendirian. Hati saya tidak akan bisa melakukan itu, kaki saya tidak bisa melangkah keluar dari rumah besar itu dengan pikiran bahwa beliau akan sendirian. Jika abang meminta saya untuk meninggalkan rumah itu, atau bahkan meminta saya berpikir untuk meninggalkan rumah itu, sudah cukup membuat saya menangis. Saya tidak bisa! Itu cara saya mencintai beliau.

Saya tidak bisa memberikan beliau hal-hal mewah atau membantu beliau diluar yang telah saya lakukan, bukan karena saya tidak mau, tapi saya tidak mampu seperti yang lainnya. Tapi bukan berarti saya tidak cinta beliau.

Dan saya serba salah, karena senantiasa apa yang saya lakukan, apa yang saya katakan, salah dimata yang lain. Mungkin di mata beliau sendiri. Tapi saya tidak bermaksud demikian, dan ketika saya dalam posisi serba salah seperti ini, saya ingin lari sejauh-jauhnya dari rumah besar itu, tapi melangkahkan kaki saya saja saya tidak bisa, karena membayangkan beliau di sana sendiri saja, sudah membuat saya sedih.

Jadi, saya harus bagaimana?

Bagaimana saya bisa lari dari 'penilaian' picik orang lain yang melihat definisi akan 'cinta' dan 'sayang' terhadap beliau dari pandangan mereka sendiri?

Bagaimana? Entah.. saya sedih, karena tadi malam saya buat beliau sedih lagi...

Maafin aku yah Ma...

Comments

Popular posts from this blog

Mengenang Bapakku (21 Juli 1950 - 20 September 2004)

The Wedding (The Invitation Part II)

An intro about Mom's cancer